Jumat, 30 Desember 2011

Menutup tahun gaya orang atambua

Hitung jam saja tahun 2011 akan berlalu, tabiat penduduk kota atambua sudah mulai berubah dari biasanya menjadi aneka dan aneh-aneh: ibu-ibu berjejar di toko-toko roti dan minuman,pemuda berambut aneh kumpul-kumpul di deker-deker atau simpang jalan,anak-anak juga tua-tua bermain ledakan mercun marak bagai suasana perang,birokrat sibuk beresin spj dan tutup buku kas,banyak mobil TLS (Timor Leste) lalu lintas kota turut menambah padat jalan di kota atambua.Inikah cara dan budaya orang atambua menutup tahun dan merayakan tahun baru?
Sementara itu Bupati Belu menghimbau aparatnya agar penghujung tahun dijadikan momentum refleksi dan evaluasi diri dan relasi dengan orang lain,Tuhan dan lingkungan diri.Gereja katolik selaku institusi yang berpengaruh di kota ini cuma menghimbau saja agar umatnya menutup dan membuka tahun baru secara beradab: duduk berkumpul bersama seluruh anggota keluarga mengelilingi lilin bernyala dan berdoa, berceritera dan makan-makan bersama;
Kota Atambua sebagai ibu kota Kabupaten Belu yang berbudaya,beradab dan beradat seyogianya penduduknya memilih cara-cara yang beradab atau beradat Belu untuk menutup dan membuka tahun baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar