Kamis, 21 Juni 2012

Mengunjungi kampung adat TUANINU

Hari kamis,21 Juni 2012,seluruh staf dinas kebudayaan dan pariwisata mengunjungi kampung adat Tuaninu,sebuah kampung tradisionil yang terletak di kampung Tuaninu,Desa Kusa Kecamatan Malaka Timur Kabupaten Belu.
Perjalanan dengan kendaraan memakan kurang lebih 1,5 jam itu terasa tidak memelahlan pengunjung karena udara sejuk yang berhembus dari semak-semak dan dedaunan pohon-pohon liar di sepanjang jalan.Sekitar 500 meter lagi sampai di kampung adat Tuaninu, masyarakat sudah menanti pengunjung dengan kuda-kuda tradisonil untuk menjadi kendaraan para pengunjung mendaki bukit kampung itu.
Sebelum melanjutkan perjalanan dengan kuda-kuda masyarakat itu para pengunjung masih disuguhi air kelapa muda yang sejuk disertai dengan umbi-umbi bakar yang lezat dan masih asli dari akarnya yang disajikan di atas sembuah anyaman dari daun gewang.

Adalah kadis kebudayaan dan pariwisata Belu mengangkat pujian atas sambutan yang ramah dan berbudaya itu.Demikian juga ibu Ana Tiwu, pemerhati kebudayaan dan pariwisata dari lingkup dewan perwakilan rakyat daerah kabupaten Belu, turut mengukuhkan pujian kepada sambutan dan keramahtamahan penduduk asli kampung Tuaninu laki dan perempuan ,anak-anak dan remaja.Terutama atas keluguhan dan kerendahan hati etnisnya yang membuka peluang kepada pengunjung untuk lebih lugas menikmati suasana mereka.

Kampung adat Tuaninu terletak di puncuk perbukitan, didiami 7-8 suku rumah tradisionil yang tampak masih asli jauh dari sentuhan-sentuhan modernisme dan mekanisme modern.Di sana kita dapat menyaksikan juga benda-benda purba kala,warisan budaya nenek moyang penduduknya berupa kewang pemali,patung perunggu yang berusai ratusan tahun dan upacara-upacara taboo dan silih tula yang digelar oleh tua-tua adat.
Rumah-rumah adatnya beronamen khas etnis dawan serta memiliki krakter khas mengikuti karakter dan iklim alam sekitar yang kurang lebih dingin di waktu malam dan panas di waktu siang. Pada umumnya atap rumah dari alang-alang, berdidingkan bebak dan masing-masing memiliki situs upacara dan patung-patung dari kayu sebagai simbol suku rumah mereka.
Salah satu keistimewaan kampung adat Tuaninu adalah relasi dan komunikasi yang akrab antara penghuninya dengan alam dan serangga sekitar ( lebah atau madu) yang pada saat itu datang mengunjungi pengunjung dengan bersarang di pohon sekitar rumah ada kapitan meo,sebuah rumah adat dari panglima perang raja Kusa. Komunikasi yang erat antara penghuni dan alamnya sehingga apabila ada rencana jahat dari suku luar untuk menyerang maka alam( apakah lebah, atau burung atau musim) akan memberitahu atau memberikan simbol tertentu kepada penduduknya bahwa akan terjadi rencana jahat.

Akses jalan belum aspal sepanjang kurang lebih 3 km, komunikasi telpon selular dapat diakses, namun fasilitas listrik dan air bersih serta MCK belum tersedia.Namun pemerintah setempat telah berjanji akan memperbaiki akses jalan melalui dana PNPM tahun 2012-2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar